Cover buku dapat dilihat di:
http://titiana-adinda.blogspot.com/2010/11/telah-terbit-jakarta-uncovered.html
==================================================
Jakarta, 18 Nopember 2010
No. 092/Ekst/WRI/Nas/XI/2010
Kepada Yth.
Rekan-rekan sekalian
Di
Jakarta
Dengan hormat,
Bersama ini kami mengundang saudara untuk berpartisipasi aktif dalam acara Bedah Buku yang berjudul "Jakarta Uncovered-Membongkar Kemaksiatan, Membangun Kesadaran Baru" yang ditulis oleh Nori Andriyani. Sebuah buku yang mengupas berbagai alasan klise kaum lelaki dalam mempertahankan kebiasaannya membeli layanan seks perempuan. Kebiasaan buruk yang melanggengkan penindasan kaum perempuan. Sebuah bisnis yang mempertahankan perdagangan perempuan dan anak, jeratan hutang perempuan yang dijual, kekerasan fisik terhadap perempuan, perkosaan dan eksploitasi ekonomi perempuan.
Bedah buku ini diharapkan dapat mengupas secara mendalam isi buku tersebut dan pada akhirnya bukan sekedar membangkitkan kesadaran baru terhadap masalah ini, akan tetapi lebih penting lagi mengajak kita semua melakukan perubahan seperti yang diharapkan penulisnya. Acara bedah buku ini diselenggarakan pada:
Hari/Tgl. : Kamis, 2 Desember 2010
Waktu : Pkl. 13.00 – 16.00 WIB (diawali makan siang)
Tempat :
Kantor Women Research Institute (WRI)
Jl. Kalibata Utara II No. 25 A
Jakarta Selatan
Pembahas Buku :
Myra Diarsi (WRI)
Nia Dinata* (Kalyanashira Foundation) --dalam konfirmasi.
Kami sangat mengharapkan partisipasi saudara dalam acara bedah buku tersebut. Terlampir kami sertakan Sinopsis buku. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih
Salam hangat,
Sita Aripurnami
Direktur Eksekutif
Konfirmasi dengan Dewi Bustami
Telp. 7987345, 7995670, Fax. 7987345; Email: office@wri.or.id
================
Sinopsis Buku
Judul : Jakarta Uncovered – Membongkar Kemaksiatan,
Membangun Kesadaran Baru
Penulis : Nori Andriyani
Penerbit : Perempuan Berdaya, Oktober 2010
ISBN : 978-602-97984-0-1
Penulisan buku ini berangkat dari keprihatinan terhadap meruyaknya bisnis layanan seks perempuan untuk memenuhi kebutuhan kaum lelaki di Jakarta, terutama sejak tahun 2000. Tawaran pemikiran baru dari buku ini, dalam konteks Indonesia, adalah bahwa aspek kaum lelaki sebagai pembeli selama ini sangat kurang dan bahkan bisa dikatakan tidak muncul dalam wacana. Sebaliknya, yang selalu disorot dan dipersalahkan adalah perempuanyang sebenarnya terjebak dalam bisnis itu dan justru harus dilihat sebagai korban.
Penulis ada dalam posisi pemikiran bahwa jika permintaan (demand) kaum lelaki untuk seks perempuan bayaran dipotong, maka penawaran (supply) layanan seks perempuan akan berkurang dan akhirnya hilang. Selain dari faktor lelaki pembeli layanan seks perempuan yang hilang dari wacana, yang juga cenderung hilang dari fokus perhatian adalah peran mucikari dan keseluruhan pihak dalam jaringan bisnis layanan seks.
Kebiasaan kaum lelaki untuk membeli layanan seks perempuan adalah sebuah masalah karena melanggengkan berbagai bentuk penindasan kaum perempuan dan menghancurkan kebahagiaan keluarga.
Uraian buku ini dimulai dari sebuah kasus seorang istri yang menemukan kenyataan pahit bahwa suaminya ternyata memiliki kebiasaan membeli layanan seks perempuan. Studi kasus ini dimaksudkan sebagai alarm bangun tidur (wake up call) bagi pembaca. Dari studi kasus ini dibangun argumentasi tentang pentingnya melihat faktor lelaki sebagai konsumen yang mempertahankan bisnis layanan seks perempuan.
Selanjutnya dalam bab dua, dibongkar berbagai alasan klise lelaki dan faktor-faktor yang mempertahankan kebiasaan kaum lelaki membeli layanan seks perempuan. Dalam bab tiga dipertegas posisi bahwa bagi perempuan yang dilacurkan yang sebenarnya terjadi adalah penindasan. Bahasan bab ini dimulai dari kritik terhadap definisi prostitusi. Prostitusi sepadan (analog) dengan perkosaan. Prostitusi terkait erat dengan perdagangan (trafiking) perempuan dan anak dan perbudakan moderen. Melakukan layanan seks dengan imbalan bukanlah sebuah pilihan pekerjaan akan tetapi keterpaksaan. Para perempuan ini adalah korban.
Dalam bab 4, pembaca diajak untuk turut prihatin terhadap perkembangan bisnis layanan seks yang ekspansionis di Jakarta sehingga sudah membentuk gaya hidup baru kaum lelaki urban. Bisnis ini bernilai ekonomi sangat besar dan terkait dengan bisnis layanan seks global.
Terakhir, dalam bab 5 diargumentasikan bahwa setiap orang dapat berperan untuk berbuat sesuatu dalam membongkar kebiasaan lelaki membeli layanan seks perempuan ini. Setiap orang harus melawan rasa ketakberdayaan terhadap hal yang umumnya tidak lagi dipandang sebagai masalah karena sudah ada ribuan tahun. Kita punya kecenderungan untuk meletakkan harapan terlalu besar kepada Negara yang sebenarnya dari sisi lain dapat juga dilihat sebagai ketidakpedulian individu. Karena itu, sudah waktunya ada pendekatan baru ajukan dimana perubahan dimulai dari individu.
Setiap orang dapat melakukan perubahan yang dimulai dari hal yang paling sederhana, yang sehari-hari. Perubahan dimulai dari diri sendiri, anak, keponakan, cucu dan keluarga setiap individu. Dibahas juga upaya-upaya menarik yang sudah dilakukan beberapa organisasi
masyarakat yang mungkin dapat menjadi informasi bagi masyarakat kita.
Terakhir dibahas tentang pentingnya perempuan menjadi asertif untuk membongkar kebiasaan kaum lelaki membeli layanan seks perempuan dan membangun persaudarian (sisterhood).
Bagimu Ibu > 22 Desember 2010 > Salam Budaya !
sastrabali@hotmail.com
0361-7410200
081-5588-12345
No comments:
Post a Comment
"suka tanpawali duka"
(kebahagiaan abadi)