Share
|
Sastra Bali sedang berfoto di Tanah Lot, Pura yang sangat eksotis ini menarik jutaan wisatawan baik mancanegara maupun domestik. Foto diambil oleh seorang Tour Leader dari Belanda yang telah puluhan tahun tinggal di Pulau Bali, tepatnya di Desa Ubud. Sastra Bali tidak mampir ke Museum Subak dikarenakan program wisata sudah disusun sendiri oleh Tour Leader Belanda tadi. Wisatawan yang bersama Sastra kebetulan berasal dari Negara Belgia. Mereka dapat berbangga hati karena Le Mayeur seorang seniman yang kini terdapat Museum Lukisan Le Mayeur di Pantai Sanur adalah orang asal Belgia. Museum Subak terletak tidak jauh dari Pura Tanah Lot ini, sekitar 30 menit menuju kota Kediri, Tabanan, sudah sampai di Museum Subak desa Sanggulan.
Museum Subak Sanggulan tidak begitu terawat dengan baik, kemungkinan disebabkan oleh minimnya anggaran dari Pemerintah Daerah Provinsi yang menaungi Museum Subak Sanggulan tersebut. Wisatawan yang berkunjung ke Museum Subak Sanggulan mulai ramai, namun lebih banyak wisatawan mancanegara yang begitu menghargai nilai - nilai luhur peninggalan sejarah nenek moyang yang notabene berasal dari Negara Belanda. Ajaran membagi aliran air oleh kelompok air sawah yang disebut Subak ini merupakan hasil dari warisan Budaya Belanda yang melekat di masyarakat Pulau Dewata. Diorama dan alat-alat pertanian terpajang apik di Museum Subak Sanggulan. Kita tidak hanya disuguhkan suasana kembali ke masa agraris, namun membangkitkan suasana hati kembali bergairah.
Demikianlah kondisi Museum Subak Sanggulan yang kini sudah di-revitalisasi oleh Pemerintah Pusat dari Jakarta. Semoga budaya agraris tidak hanya ada dalam museum, namun tetap abadi sebagai penopang kehidupan yang damai masyarakat Bali khususnya, serta menopang Pariwisata yang semakin global.
Wisata agraris bisa hubungi Sastra Bali 081-2939-12345
SastraBali@hotmail.com
SastraBaliLuxury.com
UltravioletToursBali.com
No comments:
Post a Comment
"suka tanpawali duka"
(kebahagiaan abadi)